Detik Akhir Rasulullah SAW

Januari 9, 2011 at 1:47 pm (Tulisan gw)

Detik-detik Rasulullah SAW. menjelang sakratul maut. Ada sebuah kisah tentang totalitas cinta yang dicontohkan Allah lewat kehidupan Rasul-Nya.

Pagi itu, meski langit telah mulai menguning,burung-burung gurun enggan mengepakkan sayap. Rasulullah dengan suara terbata memberikan petuah, “Wahai umatku, kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan cinta kasih-Nya. Maka taati dan bertakwalah kepada-Nya. Kuwariskan dua hal pada kalian, Sunnah dan AlQur’an. Barang siapa mencintai sunnahku, berati mencintai aku dan kelak orang-orang yang mencintaiku, akan bersama-sama masuk surga bersama aku.”

Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata Rasulullah yang teduh menatap sahabatnya satu persatu. Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca, Umar dadanya naik turun menahan napas dan tangisnya.

Ustman menghela napas panjang dan Ali menundukkan kepalanya dalam-dalam. Isyarat itu telah datang, saatnya sudah tiba. “Rasulullah akan meninggalkan kita semua,” desah hati semua sahabat kala itu. Manusia tercinta itu, hampir usai menunaikan tugasnya di dunia. Tanda-tanda itu semakin kuat, tatkala Ali dan Fadhal dengan sigap menangkap Rasulullah yang limbung saat turun dari mimbar.

Saat itu, seluruh sahabat yang hadir di sana pasti akan menahan detik-detik berlalu, kalau bisa. Matahari kian tinggi, tapi pintu Rasulullah masih tertutup. Sedang di dalamnya, Rasulullah sedang terbaring lemah dengan keningnya yang berkeringat dan membasahi pelepah kurma yang menjadi alas tidurnya.

Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam.

“Bolehkah saya masuk?” tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk, “Maafkanlah, ayahku sedang demam,” kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu.

Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah, “Siapakah itu wahai anakku?”

“Tak tahulah aku ayah, sepertinya ia baru sekali ini aku melihatnya,” tutur Fatimah lembut.

Lalu, Rasulullah menatap putrinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Satu-satu bagian wajahnya seolah hendak di kenang. “Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malakul maut (malaikat pencabut nyawa),” kata Rasulullah, Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya. Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tak ikut menyertai. Kemudian dipanggilah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap diatas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini.

“Jibril, jelaskan apa hakku nanti dihadapan Allah?” Tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah. “Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu. Semua surga terbuka lebar menanti kedatanganmu,” kata Jibril.

Tapi itu ternyata tak membuat Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan. “Engkau tidak senang mendengar kabar ini?” Tanya Jibril lagi.

“Khabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?”

“Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah Berfirman kepadaku : “Kuharamkan surga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada didalamnya,” kata Jibril.

Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh Rasulullah ditarik. Tampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang. “Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini.”

Lirih Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril membuang muka. “Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?” Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu. ” Siapakah yang tega, melihat kekasih Allah direnggut ajal,” kata Jibril.

Sebentar kemudian terdengar Rasulullah memekik, karena sakit yang tak tertahankan lagi. “Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku.” Badan Rasulullah mulai dingin,kaki dan dadanya sudah tak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya. “Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku, peliharalah shalat dan santuni orang-orang lemah di antaramu.”

Di luar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan. “Ummatii, ummatii,ummatiii?” – “Umatku, umatku, umatku”

Dan, pupuslah kembang hidup manusia mulia itu. Kini, mampukah kita mencinta sepertinya? Allahumma sholli ‘ala Muhammad wa baarik wa salim ‘alaihi.

Betapa cintanya Rasulullah kepada kita. Kirimkan kepada sahabat-sahabat muslim lainnya agar timbul kesadaran untuk mencintai Allah dan RasulNya, seperti Allah dan Rasulnya mencinta kita. Karena sesungguhnya selain daripada itu hanyalah fana belaka.

Permalink Tinggalkan sebuah Komentar

E-Commerce(Sistem antar organisasi & Pertukaran data elektronik (EDI) )

Januari 5, 2011 at 1:23 pm (Tulisan gw)

Manfaat IOS (Intra Organizational system).
Manfaat IOS terbagi menjadi dua kategori yaitu Efisiensi Komparatif dan Kekuatan Tawar Menawar.

Efisiensi Komparatif
Mencakup hubungan antara mitra dagang, internal, dan organisasi.

o Manfaat yang dihasilkan dari hubungan kepada mitra dagang adalah membuat mitra dagang yang dapat menyediakan barang dan jasa mereka dengan biaya yang lebih murah daripada pesaing mereka.

o Efisiensi internal terdiri dari perbaikan-perbaikan dalam operasi perusahaan itu sendiri sehingga memungkinkan perusahaan untuk mengumpulkan data lebih cepat, menganalisisnya lebih cepat, dan membuat keputusan yang lebih cepat.

o Efisiensi antar organisasi mencakup perbaikan-perbaikan yang diperoleh melalui kerjasama dengan perusahaan-perusahaan lain. Perbaikan-perbaikan ini memungkinkan perusahaan-perusahaan menawarkan lebih banyak barang dan jasa, melayani lebih banyak pelanggan, memindahkan pekerjaan tertentu ke pemasok atau pelanggan serta lebih mudah mengumpulkan data lingkungan.

Kegiatan Tawar menawar
kemampuan suatu perusahaan untuk menyelesaikan perselisihan dengan pemasok dan pelanggannya yang menguntungkan dirinya disebut kekuatan tawar-menawar. Kekuatan itu berasal dari tiga metode dasar dengan menawarkan keistimewaan produk yang unik, dengan mengurangi biaya yang berhubungan dengan pencarian dan dengan meningkatkan biaya peralihan.

* Keistimewaan produk yang unik

Hubungan elektronik IOS memungkinkan perusahaan menawarkan pelayanan yang lebih baik bagi pelanggan dalam bentuk pemesanan yang lebih mudah, pengiriman yang lebih cepat, dan waktu respon atas permintaan informasi yang lebih cepat. Pelayanan yang lebih baik ini menjadi keistimewaan produk perusahaan, membuatnya lebih menarik daripada produk serupa yang ditwarkan pesaing.

* Penurunan biaya yang berhubungan dengan pencarian

Dengan menjadi bagian suatu IOS, perusahaan dapat mengurangi biaya berbelanja yang dialami pelanggannya dalam mencari pemasok, mengidentifikasi produk alternative dan mendapatkan harga terendah. Karena perusahaan itu sendiri adalah pelanggan dan pemasoknya, perusahaan dapat mengalami penurunan biaya berbelanja yang sama ketika memesan dari pemasoknya.

* Peningkatan biaya peralihan

Suatu perusahaan ingin agar jika pelanggan beralih ke pesaing maka biayanya menjadi mahal. IOS mencapai manfaat ini dengan memberikan bagi pelanggan sumber daya informasi seperti perangkat keras, perangkat lunak dan saluran komunikasi data yang harus diganti jika produk dibeli dari perusahaan lain.

Pertukaran data elektronik (EDI) :
Hubungan EDI yang umum.

Membentuk kaitan antara perusahaan dan pemasoknya (supply side) dan kaitan antara perusahaan dengan pelanggan (customer side)

Set atau model transaksi adalah suatu jenis dokumen tertentu seperti faktur. EDI memungkinkan terjadinya Pengisian Kembali Persediaan oleh Penjual dan Transfer Dana secara Elektronik.

Standar EDI.
Format pesan EDI distandardisasi secara terpisah oleh badan-badan berwewenang di Amerika Utara dan Eropa

* Standard ANSI ASC X12 dikembangkan oleh The Accredited Standars Comitee X12 di American National Standards Institute dan digunakan terutama di Amerika Utara.
* Standard EDIFACT dikembangkan oleh Komisi perekonomian Persatuan Bangsa Bangsa (PBB atau UNO) (untuk) Eropa (ISO 9735-1991 Electronic Data Interchange for Administration, Commerce, and Transport – Application Level Syntax Rules).

Format ANSI-X12 dan EDIFACT-EDI memiliki sistem pengamanan tersendiri. ANSI-X12.58 menyediakan sistem keamanan yang bisa ditambahkan ke kumpulan form transaksi dan atau kumpulan form yang berkaitan dengan form transaksi. Layanan keamanan yang diberikan oleh ANSIASC-X12.58 ialah pembuktian keaslian data, integritas data, dan atau kerahasiaan data, dengan tambahan dukungan untuk pembenaran transaksi(jika tidak menggunakan MACs, melainkan menggunakan tanda digital). Perlindungan keamanan yang terdapat pada frame EDI tidak terikat pada media komunikasi(internet atau VAN). Jika EDI dilewatkan melalui internet , maka sistem protokol kemanan standar yang ada akan dimasukkan pula pada header ANSI-ASCX12.58 atau security option dari EDIFACT, misalnya spesifikasi Secure Multipurpose Internet Mail Extensions (S/MIME) atau PGP. PGP dan S/MIME menggunakan semua layanan keamanan melalui penggunaan algoritma kriptografi yang rumit. Penggunaan perlindungan dari luar sistem itu sendiri, sangat disarankan mengingat sistem internal EDI belumlah cukup terlindungi oleh karena batasan dari maksud perancangan EDI itu sendiri.

Tingkat penerapan EDI.
Tiga tingkat penggunaan yang berbeda, yaitu :

1. Pemakai tingkat satu, hanya satu atau dua set transaksi yang ditransmisikan ke sejumlah mitra dagang yang terbatas.
2. Pemakai tingkat dua, banyak set transaksi yang ditransmisikan ke sejumlah mitra dagang, melampaui lini industri.
3. Pemakai tingkat tiga, bukan Cuma banyak set transaksi yang ditransmisikan ke banyak mitra dagang, tetapi aplikasi computer perusahaan disesuaikan dengan pendekatan EDI.

Tujuan tingkat satu dan dua adalah mengubah dokumen kertas menjadi elektronik.

Pengaruh Penerapan EDI :

– Tekanan Pesaing
– Kekuasaan yang dilaksanakan
– Kebutuhan Intern
– Dukungan manajemen puncak

Manfaat EDI.
EDI pada penerapannya memiliki dua manfaat, Manfaat Langsung atau manfaat yang berasal dari teknologi dan Manfaat Tidak Langsung adalah manfaat lain yang dihasilkan dari manfaat langsung.

Diantara manfaatnya adalah :

– Mengurangi Kesalahan
– Mengurangi biaya
– Meningkatkan efisiensi operasional
– Meningkatkan hubungan dengan mitra dagang
– Meningkatkan pelayanan pelanggan

Teknologi perdagangan melalui jaringan elektronik.
Menurut Raymond Mcleod [Sistem Informasi Manajemen, 2001, 72] Komunikasi data adalah bidang komputasi yang sedang mendapatkan perhatian penting besar, dengan internet dalam sorotan. Internet membuka berbagai peluang baru dihampir semua perusahaan-perusahaan yang ingin membangun sistem antar organisasi dengan menggunakan EDI, beberapa teknologi juga dapat dipertimbangkan.
Ada tiga pilihan teknologi utama sambungan langsung (Direct Connectivity), jaringan bernilai tambah (Value Added Network) dan internet.

1. Sambungan Langsung

Perusahaan dapat membentuk kaitan komunikasi data dengan para mitra dagangnya dengan menggunakan sirkuit yang disediakan oleh penyedia jasa komunikasi umum.

1. Jaringan Bernilai Tambah

Jaringan bernilai tambah (Value Added Network) disediakan oleh penjual yang bukan hanya menyediakan sirkuit tetapi juga menyediakan banyak jasa yang diperlukan untuk menggunakan sirkuit itu bagi EDI.

1. Internet

Internet memungkinkan suatu jaringan komunikasi global yang tidak hanya menghubungkan para mitra dagang tetapi juga mencakup para pelanggan. Sebagian besar kebangkitan perdagangan melalui jaringan elektronik diharapkan berasal dari perusahaan-perusahaan yang akan mempromosikan dan dalam beberapa kasus mengirimkan produk mereka melaui internet.

Permalink Tinggalkan sebuah Komentar

E-Commerce (Perdagangan melalui jaringan elektronik)

Januari 5, 2011 at 1:16 pm (Tulisan gw)

– Perdagangan melalui jaringan elektronik :

Manfaat perdagangan melalui jaringan elektronik.
perdagangan melalui elektronik manfaatnya adalah kecepatan dalam pemesanan..jika anda ingin membeli sesuatu kita dapat memesan langsung lewat website resmi penjual…
dan kita tanpa harus mengunjungi tokonya langsung,karena dapat memesan lewat media internet..

Kendala perdagangan melalui jaringan elektronik.
perdagangan melalui elektronik kendalanya adalah kadang jika web yang menjual tidak dapat dibuka..dan barang-barang yang ingin kita beli kita tidak dapat mengecek langsung kondisi barang tersebut..
dan juga harganya jauh lebih mahal..
ada juga kendala penipuan,kadang ada web penipu,setelah uang di transfer barang yang kita beli tidak juga di kirimkan ke rumah kita..

jalan menuju perdagangan melalui jaringan elektronik.
• Mengumpulkan intelijen bisnis
Aktifitas mengumpulkan informasi tentang elemen-elemen dalam lingkungan yang berinteraksi dengan perusahaan. Tugas-tugas intelijen dasar yaitu Mengumpulkan Data, Mengevaluasi Data, Menganalisa Data, Menyimpan Intelijen dan Menyebarkan Intelijen
• Membentuk suatu sistem antar-organisasi (IOS)
Suatu kombinasi perusahaan-perusahaan yang terkait sehingga mereka berfungsi sebagai satu sistem tunggal. Mitra Dagang atau Mitra Bisnis adalah perusahaan-perusahaan yang membentuk IOS.

Strategi perdagangan melalui jaringan elektronik.

menggunakan hypertext (dokumen-dokumen) dalam bentuk elektronik yang saling berkaitan dengan cara tertentu. Para fisikawan dapat mengklik kata atau kalimat yang ditampilkan dilayar komputer mereka dan mengambil hypertext itu. Ide itu menjadi kenyataan pada tahun 1992 dalam bentuk world-wide web, dan sejak itu jauh melampaui harapan awalnya. Bukan hanya menangani materi text tapi juga mampu menyimpan dan mengambil hypermedia (multimedia yang terdiri dari text,grafik, audio, dan vidio). WWW adalah ruang informasi diinternet tempat dokumen-dokumen hypermedia disimpan dan dapat diambil dengan suatu skema alamat yang unik. sehingga tetap tidak mengurangi kesulitan untuk mencari dokumen-dokumen tersebut.

Permalink Tinggalkan sebuah Komentar

mengendalikan amarah

Desember 22, 2010 at 3:06 pm (Tulisan gw)

Dan bergeraklah menuju ampunan Allah yang memiliki surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang dijanjikan untuk orang-orang bertaqwa, yaitu orang-orang yang menafkahkan hartanya baik di waktu lapang maupun di waktu sempit dan orang-orang yang suka menahan amarahnya dan memaafkan kesalahan orang, Allah menunjuki orang-orang yang suka berbuat kebajikan.

Marah itu dapat merusak iman, seperti pahitnya jadam merusak manisnya madu. Tidaklah dikatakan pemberani karena seseorang cepat meluapkan amarahnya. Seorang pemberani adalah orang yang dapat menguasai diri dan hawa nafsunya ketika dia marah.

Dari Abu Hurairah, bahwasanya seorang laki-laki berkata kepada Rasulullah saw: “Berilah nasehat kepadaku, Rasulullah bersabda janganlah kamu marah lalu beliau mengulanginya janganlah kamu marah.”

Amarah tidak mutlak seratus persen terlarang karena amarah itu bagian dari karunia Allah swt. Yang harus kita ketahui amarah bagaimana yang bisa membawa barokah dan amarah bagaimana yang bisa mendatangkan musibah.

Menurut Rasulullah marah itu seperti jadam yang merusak manisnya madu. Sekuat apapun keimanan seseorang kalau dia pemarah bisa rusak keimannya.

Ada orang yang lambat marahnya, lambat redanya dan lama bermusuhannya ini termasuk marah yang jelek. Ada juga orang yang cepat marah cepat juga redanya, ini termasuk marah yang kurang bagus. Ada juga orang yang cepat marah dan lambat redanya ini termasuk marah yang paling jelek. Dan yang paling bagus adalah lambat marahnya cepat redanya.

Berbahagialah bagi orang yang punya kesadaran untuk menahan amarahnya, bukan tidak boleh marah tapi tahan sekuat-kuatnya. Kita tidak bisa memaksa orang lain berbuat ramah, sopan kepada kita, makin banyak harapan kita kepada orang makin berpeluang kita sakit hati, jadi kita tidak bisa memaksa orang lain bersikap seperti yang kita inginkan. Yang harus kita usahakan, kita harus bisa menyikapi orang lain dengan sikap terbaik, apapun yang mereka lakukan.

Jadi kalau ada orang yang marah jangan ditentang tapi diterima, bukannya membenarkan kemarahan tapi memahaminya untuk damai. Dengan adanya amarah kita bela keluarga kita, dengan adanya amarah kita bela agama dan dengan adanya amarah kita bela orang lemah.

Rasulullah marah pada saat yang tepat dengan alasan yang tepat hasilnya manfaat. Seperti pada saat pembagian harta setelah perang Hunaim berakhir. Kaum anshor menyebut Rasul tidak adil. Rasul marah dan berkata: “Jika Allah dan rasulnya tidak adil maka siapa lagi yang adil. Marahnya Rasul singkat, punya makna, mendalam dan tidak meyakiti siapapun tapi membangkitkan kesadaran. Yang paling penting kalau kita marah orang bisa berubah menjadi lebih baik, tanpa terluka dan tanpa kita berperilaku dzalim.

Menahan amarah adalah dengan cara, banyak istighfar banyak membaca taudz, berwudhu atau pindah dari tempat tersebut. Jangan biarkan kita berada di tempat yang memancing kemarahan dan jika kita sudah marah sebaiknya kita bertaubat kepada Allah swt. (imm)

Permalink Tinggalkan sebuah Komentar

Awal Pernikahan, Antara Realitas dan Ilusi

Desember 22, 2010 at 3:03 pm (Tulisan gw)

Harapan untuk menjadi isteri yang solehah dibina oleh Atiqah setelah dia menerima kesadaran Islam dan ketika pemahamannya mengenai Islam semakin jelas. Padahal sewaktu remaja, dan ketika agama hanya dilihat sekadar amalan rutin seperti yang ditekankan oleh sekolah dan keluarganya, dia tidak pernah mempunyai harapan dan impian begitu. Malah dia merasa agak janggal apabila memikirkan surga dan neraka Allah.

Berkat berteman dengan mereka yang berminat mendalami agama, Atiqah sering mengikuti pengajian. Dalam bacaannya, dia menemukan banyak tema tentang perkawinan. Dia juga banyak menemukan ayat Al-Quran yang menganjurkan berumahtangga. Dia pun ingin menjadi sebaik-baik perhiasan sebagaimana kata hadits, dunia adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan adalah isteri solehah. Atiqah juga begitu senang dengan hadis yang pernah disebut Rasulullah, yaitu “Jika manusia boleh menyembah manusia selainnya, maka aku perintahkan isteri menyembah suaminya.” (HR Abu Dawud, Tirmidzi,Ibnu Majah dan Ibnu Hibbin)

Berkat keinginan yang tinggi untuk menjadi isteri yang solehah sebagaimana dicontohkan oleh isteri-isteri Rasulullah, maka Allah akhirnya menemukan jodoh Atiqah dengan Mustafa (bukan nama sebenarnya). Mustafa, seorang jejaka yang tidak kurang solehnya. Akhirnya kedua-dua mereka melangkah ke gerbang pernikahan. Maka menagislah syaitan ketika kedua anak Adam diijabkabulkan.

Seperti Atiqah, Mustafa yang mengenali Islam sejak berada di kampus, sering bercita-cita untuk membentuk rumahtangga. Pilihannya, pasti seorang wanita solehah yang menyejukkan hati dan mata.

Dia pernah membayangkan, alangkah bahagianya menjadi seorang suami yang kuat pribadinya dan mampu membimbing orang lain, terutama isteri dan anak-anaknya. Dia teringat akan pesan Rasulullah, bahwa “hanya lelaki yang mulia saja yang akan memuliakan wanita.” Mustafa pernah bercita-cita mengikuti Rasulullah yang begitu sayang dan lemah lembut pada isterinya. Tidak merasa rendah diri apabila membantu isteri melakukan pekerjaan rumah.

Rumahtangga Mustafa-Atiqah terus berlalu; hari demi hari, minggu demi minggu dan bulan demi bulan…

Biarpun harapan dan cita-cita menghidupkan rumahtangga Muslim terus hidup, namun kenyataan pun harus mereka hadapi juga. Perbedaan kepribadian, perasaan, pembawaan, selera dan kegemaran yang selama ini terbina dari latar belakang keluarga dan pendidikan yang berbeda, ternyata tidak mudah untuk disatukan.

Jika sebelum perkawinan semua itu dikatakan mudah diselesaikan melalui pemahaman agama, ternyata lambat laun ada juga perselisihan. Perselisihan memang tidak dapat dielakkan dalam rumahtangga. Apalagi jika pasangan suami isteri tidak menyedari bahawa syaitan sentiasa berusaha untuk menjahanamkan anak Adam.

Dalam kisah Mustafa dan Atiqah, ternyata segala yang dibayangkan tidaklah seindah realitasnya. Mencontoh rumahtangga Rasulullah memang satu tuntutan. Namun sebagai seorang Islam, tantangan dan cobaan adalah peluang untuk mempertingkatkan diri dan semakin bergantung kepada Allah. Berbagai masalah dalam perkawinan dan rumahtangga harus dihadapi secara sabar dan realistik oleh pasangan suami isteri yang inginkan naungan Allah.

Ada isteri yang mengeluh karena cara suami menegur, dikatakan kasar dan memalukan. Ada pula suami mengeluh karena sikap isteri yang kurang cakap mengurus keluarga. Maklum saja, ada dikalangan isteri sebelumnya sibuk belajar dan berorganisasi sehingga sangat jarang ikut mengurus masalah dapur.

Mustafa pun mulai mengeluh.Ternyata isterinya tidak seperti dia impikan. Malah Atiqah juga mengeluh terhadap Mustafa karena dianggapnya terlalu dimanjakan oleh orang tuanya dahulu. Apalagi Mustafa terlalu berhati-hati berbelanja.

Atiqah juga mulai merasakan penyesalan di hati akibat tidak mau bekerja setelah kuliah, karena niat untuk menumpahkan perhatian sepenuhnya kepada suami dan rumahtangga, dan mencapai impian menjadi wanita solehah.

Kadang-kadang semangat seorang Muslimah solehah untuk keluar rumah mencari kesibukan di luar tidak diimbangi dengan peranannya dalam rumahtangga. Hal ini menyebabkan suami mengeluh karena dibebani dengan tugas-tugas rumahtangga. Ada juga di kalangan isteri terlalu banyak menceritakan kekurangan suaminya, dan sering lupa untuk melihat kebaikan dan kelebihan suaminya.

Ada suami yang sikapnya dingin, tidak pandai memuji dan bercanda dengan isterinya. Apabila melihat kebaikan pada isterinya dia diam saja, tetapi apabila melihat kelemahan, segera diungkit. Memang, banyak cobaan pada pasangan suami isteri dalam rumahtangga. Tidak semua yang indah-indah seperti diimpikan sebelum berumahtangga menjadi kenyataan. Sudah menjadi sunnah kehidupan, bahwa akan berlaku pergeseran kecil dan perbedaan, sepanjang menjadi suami isteri. Itu namanya asam garam berumahtangga.

Pasangan seperti Mustafa dan Atiqah mempunyai kelebihan menghadapi cobaan berumahtangga, karena mereka berbekal pemahaman agama dan rasa ketergantungan yang tinggi kepada Allah. Dengan kata lain, mereka mempunyai pemikiran yang mungkin tidak dirasai oleh pasangan yang jauh diri dari Islam.

Adakalanya kita memerlukan bantuan pihak ketiga dalam menyelesaikan masalah rumahtangga kita, kerana “kaca-mata” yang kita pakai sudah begitu kelabu sehingga gagal melihat semua kebaikan pasangan hidup kita. Mungkin pihak ketiga bisa membantu mencuci atau memperbaharui kacamata kita supaya pandangan kita kembali jelas dan wajar.

Pasangan yang bijak dan tinggi pemahaman agamanya, akan mampu untuk istiqamah dalam menjaga perkawinan mereka dan lebih mampu menghadapi badai melanda. Adalah penting sebelum kita mendirikan rumahtangga, mempunyai suatu tanggapan bahwa kita (bakal suami isteri) berjanji akan melengkapi antara satu sama lain, karena manusia bukanlah makhluk sempurna. Manusia tidak mungkin dapat menjadi isteri atau suami yang sempurna seperti bidadari atau malaikat.

Kita harus siap menerima pasangan hidup seadanya, termasuk segala kekurangannya, selama tidak melanggar syariat. Kita memang berasal dari latar belakang keluarga, kebiasaan dan watak yang berbeda, yang membentuk watakan dan persepsi hidup tersendiri. Apabila kita menerima keadaan ini, insya Allah kita akan berhasil menghindar dari menikah dalam illusi kita pada hari kita diijabkabulkan, tetapi sebaliknya kita sudah menikah dalam realitas kita.

Setiap pasangan Muslim, tidak boleh menjadikan rumahtangga sebagai tujuan. Ingat, ia hanya alat untuk kita meningkatkan diri dan ketakwaan kepada Allah. Menikah berarti kita mampu mengawal nafsu daripada langkah yang salah. Dan setiap persetubuhan bagi suami isteri untuk menghindar dari maksiat, akan mendapat pahala dari Allah swt. Betapa indahnya Islam.

Permalink Tinggalkan sebuah Komentar

BERPIKIR ISLAMI

Desember 22, 2010 at 3:01 pm (Tulisan gw)

Berpikir Islami

Berpikir adalah ciri yang membedakan manusia dari yang lain. Orang yang berpemikiran tinggi lebih dihor­mati daripada yang berpemikiran rendah. Allah SWT mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan berpemikiran tinggi. Logika­nya, apabila seorang muslim menginginkan ketinggian derajat di sisi Allah, mestilah ia mening­katkan kualitas iman dan pemi­kirannya. Tapi, kini apa kenya­taannya?

Kebanyakan kaum muslimin telah kehilangan pola berpikir Is­lami. Salah satu sebabnya, me­reka teracuni pemikiran barat. Akibatnya mereka melupakan pe­mikiran yang tinggi -bersumber pada wahyu Ilahi- dan malah gan­drung pemikiran rendah berdasar filsafat dan praduga semata. Ma­ka, tidak mengherankan, ketika hinaan dan celaan datang –teru­tama dari kaum kafir Barat- me­nimpa umat di seluruh dunia Is­lam, kaum muslimin tidak merasa terusik. Itu terlihat, misalnya dalam peristiwa perang Teluk tahun 19­90-an. Saat AS dan sekutunya menghancurkan Irak, umat Islam diam, tidak berbuat banyak. Bah­kan beberapa negeri, turut andil dalam penyerbuan itu.

Kisah lain, tak banyak orang Islam di masa kini yang mampu menggali nash-nash syar’i sebagai pemecah problema kehidupan. Berbeda sekali dengan masa kejayaan Islam dulu, dunia Islam kaya dengan orang-orang yang menguasai agama ini dan siap menjawab setiap tantangan kehi­dupan dengan pemecahan Islam. Lebih tragis lagi, adanya segelintir cendekiawan dan politisi yang di­posisikan sebagai tokoh muslim, yang justru tidak mengakui lagi adanya keterkaitan antara kehi­dupan kontemporer hari ini de­ngan hukum-hukum syari’at Islam. Fenomena terbaru misalnya, diamnya mayoritas kaum muslimin atas diangkatnya seorang wanita menjadi kepala negara, yang itu jelas-jelas tidak mengindahkan sabda Rasulullah saw.:

Tidak akan sukses suatu kaum yang menyerahkan urusan keku­asaan pemerintahannya kepada seorang wanita (HR. Bukhari).

Kondisi semacam ini belum per­nah dialami umat di masa lalu.

Jika ingin kemuliaan Islam muncul kembali, kaum muslimin harus meningkatkan daya pikir Is­laminya. Sadar atau tidak, Umat ini telah terlampau lama mening­galkan pola berpikir Islaminya. Sekarang, bagaimana ketinggian pemikiran Islam itu dapat diraih kembali?

Definisi Berpikir

Cara berpikir (aqliyah) ada­lah salah satu di antara dua unsur pembentuk kepribadian. Dalam buku “As Syakhshiyah Islamiyah”, An Nabhani mendefinisikan aqli­yah, sebagai cara berpikir atau memahami sesuatu. Ada dua hal yang perlu dijelaskan dari definisi tersebut. Pertama, makna berpikir tentang sesuatu (aqlus syai’). Kedua, tentang cara-cara berpikir. Proses berpikir (tafkir), tulis M.M. Ismail dalam Al Fikrul Islami, adalah aktivitas pemindahan fakta melalui indera ke dalam otak, de­ngan informasi yang sudah ada (ma’lumat sabiqoh) yang akan me­nafsirkan fakta tersebut. Jadi, un­sur berpikir ada 4 komponen yaitu: fakta, indera, otak, dan informasi yang berkaitan dengan fakta yang diindera itu. Keempat unsur itulah yang membentuk pemikiran. Bila salah satu tidak ada, mustahil terjadi proses berpikir.

Jadi timbulnya pemikiran atau pemahaman pada seseorang adalah ketika terikatnya fakta yang terindera dengan informasi yang telah dimiliki. Meskipun teraku­mulasi informasi, jika ia tidak per­nah mengindera fakta tersebut atau mengkaitkan dengan kenya­taannya, maka tidak terjadi proses berpikir. Hanya menghafal. Ia ti­dak mempunyai pemikiran dan pemahaman terhadap informasi yang dimilikinya. Seseorang yang dijejali dengan informasi-informasi tanpa pernah meng-indera-fakta-kan informasi tersebut, ia hanya menghafal informasi. Sebaliknya, seseorang yang mengindera suatu fakta atau benda berkali-kali tan­pa memiliki informasi tentang fakta itu, maka ia tidak akan mempunyai pemikiran atau pemahaman terha­dap benda yang diinderanya itu.

Misalnya, di hadapan seo­rang anak diletakkan tiga macam benda: penggaris, jeruk, dan air. Kemudian, kepadanya diberikan berbagai informasi tentang ketiga benda itu bahwa penggaris untuk mengukur panjang suatu benda, jeruk adalah buah yang dapat di­makan, dan air dapat digunakan untuk menghilangkan haus, me­nyegarkan badan, dan mema­damkan api. Lalu, tanyakan pada­nya, mana yang disebut pengga­ris. Tak mustahil, ia akan menun­juk penggaris. Tetapi bila melihat anda tidak setuju, maka ia akan mengubah pendiriannya dan me­nunjuk benda lain. Anak itu telah menghafal informasi tersebut dan mampu mengulang-ulangnya. Na­mun, dalam dirinya belum terben­tuk suatu pemikiran.

Lain halnya jika anda mem­perlihatkan padanya sebuah peng­garis. Lalu, anda katakan bahwa penggaris itu dapat digunakan un­tuk mengukur dan anda mem­pe­ragakannya berulang-ulang. Atau anda perlihatkan padanya jeruk atau air. Kemudian anda berikan berbagai informasi mengenainya, dan anda tunjukkan bendanya berulang-ulang. Maka, akan ter­bentuk suatu pemikiran pada diri si anak. Jika ia ditanya, mana yang disebut penggaris, tentu ia akan menunjukkan benda itu pada anda meskipun anda menolak atau menyalahkannya. Ia tidak peduli dan tetap bertahan, sebab ia telah memahami hal itu.

Saat mengikat fakta yang diindera dengan informasi yang di­milikinya, pemahaman seseorang sangat dipengaruhi oleh suatu qoidah fikriyah atau landasan berpikir yang dimilikinya. Qoidah fikriyah adalah pemikiran menda­sar yang merupakan aqidah sese­orang. Aqidah inilah yang menda­sari seluruh bentukan pemikiran seseorang.

Jika ia menggunakan aqidah komunis sebagai qoidah fikriyah­nya, ia berpikir dengan cara ko­munis (aqliyyah syuyu’iyyah). Bi­la menggunakan aqidah kapitalis sekuleris, ia berpikir secara ka­pitalis (aqliyah ro’sumaliyah). Dan jika Islam yang digunakannya sebagai qoidah, ia berpikir secara Islami. Itulah yang disebut aqliyah Islamiyah. Dengan kata lain, “Aqliyah adalah cara-cara berpikir, yang di dalam cara-cara itu terikat fakta dengan informasi atau infor­masi dengan fakta yang distan­darisasi oleh satu qoidah tertentu”.

Bagaimana Seorang Muslim Berpikir Islami ?

Aqidah harus tertanam da­lam diri seorang muslim pertama kali. Seseorang dikatakan mem­punyai aqliyah Islamiyah atau cara berfikir Islami manakala menjadi­kan aqidah Islamiyah sebagai asas proses berpikirnya. Juga, disaat menangkap pemikiran-pemikiran dan fenomena-fenome­na yang terjadi, ia menilai dengan landasan aqidah Islamiyah. Ketika aqidah Islamiyah memberikan nilai benar, ia membenarkan dan me­ngikuti. Sebaliknya, jika aqidah Islam menilai salah, ia menolak dan menyalahkannya. Seseorang yang telah melakukan hal se­macam ini (membenarkan dan menyalahkan sesuatu berdasar­kan aqidah Islamiyah), berarti ia telah memiliki aqliyah Islamiyah.

Status pemilikan aqliyah Is­lamiyah dalam diri seseorang tidak ditentukan apakah ia seorang alim (cendekiawan ) atau awam. Yang penting disini adalah, kebulatan tekad yang terpatri dalam hati untuk menjadikan aqidah Islam sebagai “penstandar” bagi setiap informasi dan fakta-fakta yang di­terima atau di jumpainya. Dalam soal ini tidak beda antara Imam Syafi’i — mujtahid terkemuka—de­ngan Mang Pi’i yang hanya hafal beberapa ayat untuk keperluan sholatnya. Begitu juga, tidak beda antara ahli atom Prof. Dr.Ir. A. Ba­iquni dengan bang Miing yang hanya tahu air itu jatuhnya ke ba­wah dan makan babi hukumnya haram.

Prof. Baquini misalnya, mengkritik teori-teori dasar ilmu Kimia seperti Hukum Kekekalan Masa sebagai tidak Islami. Sebab, temuan Lavoisier (1743-1794), yang kemudian dikembangkan oleh Einstein sebagai hukum kekekalan Energi, menganggap materi itu kekal, tidak dapat diciptakan dan dimusnahkan. Pe­mikiran semacam itu, kata Baiquni adalah dari paham komunis. Berarti, Prof. Baiquni memiliki aqliyah Islamiyah.

Sebaliknya para Orientalis, meskipun ia memiliki pengetahuan luas tentang Islam –paham Ilmu Al Qur’an, Hadist, Siroh Rasul, Sejarah Umat Islam tak dapat dikatakan memiliki cara berfikir Islami. Sebab tidak menjadikan Islam sebagai landasan berpikir. Aqliyah Islamiyah (cara ber­fikir Islami) adalah cara berfikir yang di dalamnya terjadi pengi­katan antara fakta dan informasi, atau informasi dan fakta, yang dilandaskan pada Aqidah Islam. Dengan demikian, kepahaman-ke­pahaman (mafahim) yang dihasil­kan dari proses berfikir tersebut adalah mafahim Islam. Mafahim itu penting bagi seorang muslim untuk menstandarisasi atau me­landasi perbuatan-perbuatannya.

Terwujudnya Aqliyah Isla­miyah pada diri seseorang, ada­lah tatkala ia mulai bertekad bulat untuk menjadikan Aqidah Islam sebagai landasan dalam setiap menafsirkan dan memahami infor­masi dan fakta-fakta yang diterima atau dijumpainya.

Untuk meningkatkan kualitas aqliyah Islamiyahnya, seorang muslim mau tidak mau harus mempelajari Tsaqofah Islamiyah (Khazanah Ilmu dan Pemahaman Islam).

Tsaqofah Islamiyah seluruh­nya bersumber kepada Al-Qur’an dan as-Sunnah. Semua cabang Tsaqofah Islamiyyah muncul dari kedua sumber ini secara lang­sung, atau melalui pemahaman­nya. Bahkan, Al-Qur’an dan As-Sunnah sendiri merupakan bagian Tsaqofah Islamiyyah. Dan aqidah Islam mewajibkan setiap muslim untuk berpegang teguh kepada keduanya serta mengamalkannya. Al-Qur’an diturunkan kepada Ra­sulullah memang untuk diterang­kan kepada manusia, sebagaima­na firman Allah SWT:

“Dan Kami turunkan kepada (Rasulullah) Al-Qur’an agar kamu menerangkan kepada manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka, dan agar supaya mereka berpikir”. (QS An-Nahl : 44).

Sedangkan Allah SWT telah mewajibkan kaum muslimin untuk mengambil apa-apa yang dibawa oleh Rasulullah SAW. Firman Allah SWT:

Dan apa-apa yang didatangkan Rasul kepadamu maka ambillah, dan apa-apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah. (QS Al Hasyr : 7).

Imam As Syafi’i, ketika ditanya hukum membunuh lebah di waktu ihram, beliau menjawab dengan tiga tahap. Pertama beliau membacakan firman Allah dalam Al Hayr tersebut. Kedua, beliau membaca riwayat nabi yang memerintahkan agar umat islam mengikuti Abu Bakar dan Umar. Ketiga, beliau menjawab dengan suatu riwayat yang menyebut bahwa Umar memerintahkan membunuh lebah. Dengan demikian, keluasan ilmu Islam Imam Syafi’i membuatnya mampu menjawab permasalah secara Islami. Kita rindu munculnya orang-orang seperti itu

Permalink Tinggalkan sebuah Komentar

MENJAGA LIDAH

Desember 22, 2010 at 3:00 pm (Tulisan gw)

Diam itu kebijaksanaan tapi sedikit sekali yang melaksanakannya. (Luqman Hakim)

Abu Sufyan Ats-Tsaqafi berkata, “Wahai Rasulullah, ceritakanlah kepadaku tentang suatu hal yang bisa kupakai sebagai upaya menjaga diri.” Nabi saw menjawab, “Katakanlah, aku telah beriman dan istiqamah-lah.” Dia berkata lagi, “Lalu apa yang harus kujaga?” Nabi menjawab sambil memegang lidahnya, “Ini!” (HR Nasa’i, Turmidzi, Ibnu Majah).

Iman, istiqamah, dan menjaga lidah agar senantiasa berbicara yang baik, atau berdiam dari membicarakan yang buruk adalah sesuatu yang banyak mendorong manusia masuk surga. Uqbah bin Amir berkata, “Wahai Rasulullah, apakah sesuatu yang paling banyak memasukkan orang ke neraka?” Jawab Nabi, “Mulut dan kemaluan.” Tanyanya lagi, “Apakah jalan keselamatan hidup?” Jawab Nabi, “Tahanlah lidahmu, perluaslah rumahmu, dan tangisilah kesalahanmu.” (HR Turmidzi dan Ibnu Majah).

Umar bin Khatab pernah melihat Abu Bakar Ash-Shiddiq sedang menarik lidahnya dengan tangan. “Apa yang Anda perbuat wahai khalifah Rasulullah?” Abu Bakar menjawab, “Inilah yang akan menyeretku ke dalam kehancuran. Sesungguhnya Rasulullah bersabda bahwa satu-satunya anggota tubuh manusia yang diadukan kepada Allah pada hari kiamat nanti adalah lidah karena ketajamannya.” (HR Ibnu Abid Dunya, Daraquthni).

Benar, di hari kebangkitan nanti, semua yang keluar dari lidah akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah. Kebanyakan dosa anak Adam berpangkal dari ucapan, pembicaraan, atau kata-kata yang keluar dari lidahnya. Karena bahaya lidah seringkali terjadi dan kebanyakan manusia sulit menahan diri, maka dalam beberapa hadisnya, Rasulullah menganjurkan agar kita lebih banyak diam. “Maukah aku beritahukan kepada kalian tentang ibadah yang paling mudah dan paling ringan bagi badan? Yaitu diam dan akhlak yang baik,” kata Nabi. (HR Ibnu Abid Dunya).

Bila kita teliti, pembicaraan orang dapat dikelompokkan ke dalam empat bagian: pembicaraan yang sepenuhnya berbahaya, pembicaraan yang sepenuhnya bermanfaat, pembicaraan yang mengandung bahaya dan manfaat sekaligus, dan pembicaraan yang tidak berbahaya dan tidak ada manfaatnya sama sekali. Di sinilah kita harus bisa menempatkan lidah secara proporsional, kapan harus berbicara dan kapan mesti diam.

“Tiada suatu ucapan yang diucapkannya melainkan di dekatnya ada malaikat pengawas yang selalu hadir,” Firman Allah dalam QS Qaaf: 18.

Permalink Tinggalkan sebuah Komentar

MENGAPA LDII SESAT

Desember 22, 2010 at 2:59 pm (Tulisan gw)

Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Mengapa terhadap aliran-aliran seperti LDII (Lembaga Dakwah Islam Indonesia), Ahmadiyah, Syi’ah dan lain sejenisnya, Al-Islam menyebutnya sebagai aliran sempalan yang menyimpang? Mengapa tidak bersatu saja dan lupakan penyimpangan mereka? Apakah dalam Islam dibenarkan membicarakan kesalahan dan penyimpangan aliran lain?

Berikut ini adalah salah satu surat dari seorang yang dapat mewakili dari kalangan masyarakat mengenai pertanyaan-pertanyaan seperti di atas. Bagaimanakah alislam.or.id menjawabnya? Simaklah dengan cermat halaman ini.

Ass.wr.wb. Pak Ustadz saya mau bertanya, mengapa bapak gampang sekali mengatakan bahwa golongan atau pun kelompok yang berbeda dengan Anda itu sesat atau kafir? Setahu saya ada ungkapan bahwa perbedaan itu adalah rahmat dari Allah SWT. Selain itu mereka yang berlainan golongan dengan anda juga memeluk agama Islam, menyembah tuhan yang sama (Allah ), Rasul yang sama dan kitab yang sama. Mohon anda memberikan alasan anda dan, maaf bila kata-kata saya (yang awam) ada yang tidak sopan dan menyinggung anda. Terima kasih.
(Roy, Jakarta, Indonesia)

Jawaban:
Assalamu’alaikum wr. wb.
Pertanyaan Saudara cukup kritis, dan memang kebanyakan di kalangan masyarakat bertanya-tanya mengenai hal itu.
Ummat Islam pada mulanya adalah ummat yang satu di bawah bimbingan Rasulullah saw. Pada jaman beliau, ummat Islam belum seperti sekarang, yaitu perpecahan ummat yang sudah sangat memprihatinkan.
Secara umum perbedaan pendapat di dalam Islam ada dua macam,yaitu:

Perbedaan pendapat yang dapat mengakibatkan perpecahan, yaitu perbedaan dalam hal ushul (masalah pokok), yaitu masalah-masalah aqidah dan hal-hal yang bersifat fundamental dalam Islam.
Perbedaan pendapat yang tidak mengakibatkan perpecahan, yaitu perbedaan dalam hal furu’ (masalah cabang), yaitu masalah-masalah pengetahuan fiqih yang detail dan rumit.
a) Contoh dari perbedaan pendapat yang dapat mengakibatkan perpecahan.
Misalnya keyakinan tentang AL-QUR’AN. Ajaran yang benar seperti yang diberitakan dari Rasulullah saw, juga yang dipahami oleh para sahabat, ulama salaf dan yang mengikutinya adalah bahwa Al-Qur’an itu kalamullah, bukan makhluk. Jika ada yang berkeyakinan bahwa Al-Qur’an adalah makhluk, maka itu adalah keyakinan yang menyimpang.
Misalnya lagi, keyakinan tentang SIAPAKAH NABI DAN RASUL TERAKHIR. Jawaban dan keyakinan yang benar adalah bahwa Muhammad saw adalah penutup para nabi dan rasul. Jika ada yang berkeyakinan bahwa setelah Nabi Muhammad ada nabi lagi seperti misalnya golongan AHMADIYAH yang mengakui Mirza Ghulam Ahmad dari India sebagai nabinya, maka itu adalah keyakinan yang menyimpang.
Misalnya lagi, keyakinan tentang MENGHUKUMI KAFIR TERHADAP ORANG LAIN. Jawaban dan keyakinan yang benar adalah bahwa orang kafir yang akan kekal di dalam neraka adalah orang yang tidak meyakini (dengan hati, lisan, perbuatan) akan LAA ILAAHAILLALOOH dan yang murtad keluar dari Islam. Jika ada golongan yang mengatakan orang Islam lain, yang tidak bergabung dalam jama’ahnya adalah kafir, seperti keyakinan jama’ah LDII dan yang sejenisnya, maka itulah keyakinan yang menyimpang.
Misalnya lagi, keyakinan tentang SHALAT WAJIB LIMA WAKTU. Keyakinan yang benar adalah bahwa shalat lima waktu hukumnya adalah wajib, setelah syareat ini disampaikan oleh Allah kepada Rasulullah saw dalam peristiwa Isra’ Mi’raj. Jika ada aliran yang menyatakan bahwa shalat lima waktu untuk saat ini tidak wajib, dengan berbagai alasan, seperti aliran Al-ZAYTUN yang pesantrennya sangat megah di Indramayu itu, maka aliran itu sudah pasti adalah aliran menyimpang. Masih banyak lagi contoh-contoh yang lainnya.
b) Contoh perbedaan pendapat yang tidak mengakibatkan perpecahan.
Misalnya tentang masalah ADZAN DALAM KHUTBAH JUM’AT. Terjadi perbedaan pendapat di kalangan ummat Islam pada saat mendirikan shalat Jum’at ada yang adzannya hanya sekali ada yang dua kali. Ini adalah perbedaan pendapat karena historis dan interpretasi yang berbeda. Dalam perbedaan semacam ini, tidak bisa kelompok yang satu terhadap yang lainnya menuduh aliran sesat. Inilah yang dimaksud perbedaan pendapat yang tidak dilarang.
Misalnya lagi, tentang masalah JUMLAH REKAAT DALAM SHALAT TARAWIH. Terjadi perbedaan pendapat di kalangan ummat Islam pada saat mendirikan shalat Tarawih ada yang 11 rekaat, ada yang 23 rekaat. Ini juga perbedaan pendapat yang tidak mengakibatkan perpecahan. Jadi kelompok yang satu tidak bisa menyatakan sesat terhadap kelompok yang lainnya. Masih banyak lagi contoh-contoh yang lainnya.

Rasululah saw telah bersabda yang artinya, “Sesungguhnya ummatku akan masuk ke surga, kecuali orang yang enggan.” Para sahabat bertanya: ‘Ya Rasulullah, siapakah yang enggan?’ Beliau bersabda: ‘Barangsiapa yang mentaatiku ia pasti masuk ke surga, dan barangsiapa yang mendurhakakanku, maka sungguh ia telah enggan.'” (HR. Bukhari)
“Sesungguhnya pengikut kedua kitab (Yahudi dan Nashrani) dalam hal agama mereka terpecah belah menjadi 72 aliran. Dan sungguh ummat (Islam) ini pun akan terpecah menjadi 73 aliran. Semuanya masuk neraka, kecuali satu, yaitu Al-Jama’ah.”
(HR. Abu Daud dan dishahihkan oleh Al-Albani dalam catatan kakinya atas syarah Ath-Thahawiyah, hlm. 578. Al-Maktabul Islami)
Dalam suatu riwayat disebutkan:
“Para sahabat bertanya, ‘Siapakah golongan yang selamat itu, wahai Rasulullah?’ Beliau menjawab, “yaitu orang yang mengikuti jalanku dan para sahabatku.” (HR. Turmudzi)
Jika kita memahami dan renungkan tentang pemberitaan dari Nabi seperti pada hadits di atas, bahwa di antara mummat Islam ini ada yang enggan mengikuti sunnah yang benar dan keliru mengikuti sunnah dengan pemahaman orang-orang pembuat bid’ah, maka kita menyadari bahwa Islam memang berpecah-pecah menjadi banyak golongan. Siapa yang tidak mempercayai, maka sama halnya bukan ummat Rasulullah. Oleh karena bahwa perpecahan ummat ini sudah pasti, maka tentu terjadilah saling menyalahkan, dan saling membenarkan alirannya sendiri-sendiri. Tetapi tidak lantas yang mengaku merasa benar, pasti adalah benar. Hal itu ada standar-standarnya yang harus dicocokkan dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Setelah itu dicocokkan dengan pemahaman para ulma salaf dalam kitab-kitabnya dan pemahaman ulama-ulama yang mengikuti pemahaman mereka. Jika sesuai dengan mereka, maka itulah yang benar. Setelah kita mengetahui bahwa yang benar itu hanyalah yang mengikuti Nabi, para sahabatnya, maka kita hanya percaya dan mengikuti pemahaman para ulama salaf dan yang mengikutinya, karena merekalah yang pemahaman agamanya benar dan lurus, bebas dari penyimpangan tangan-tangan kotor, yang dipengaruhi hawa nafsu.
Selanjutnya bagaimana sikap kita terhadap orang-orang yang mengaku beragama Islam tetapi berkeyakinan atau berpemahaman lain atau mereka yang secara umum dikelompokkan sebagai ahli bid’ah (ahli pembuat keyakinan dan syareat baru)?
Sikap kita terhadap aliran-aliran yang menyimpang adalah sebagaimana dapat diambil pelajaran dari hadits berikut:
Nabi saw telah bersabda, yang artinya: “Apabila kamu melihat orang-orang yang ragu dalam agamanya dan ahli bid’ah sesudah aku (Rasulullah) tiada, maka tunjukkanlah sikap menjauh (bebas) dari mereka. Perbanyaklah lontaran cerca dan tentang mereka dan kasusnya. Dustakanlah mereka agar mereka tidak makin merusak (citra) Islam. Waspadai pula orang-orang yang dikhawatirkan meniru-niru bid’ah mereka. Dengan demikian Allah akan mencatat bagimu pahala dan akan meningkatkan derajat kamu di akhirat.” (HR. Ath-Thahawi)
Dari hadits tersebut dengan jelas bahwa kita dihimbau untuk menjauh dan menyerang segala bentuk praktek agama yang menyimpang dari sunnah. Jika tidak ada yang beramar ama’ruf nahi munkar jenis ini, maka sudah barang tentu kesesatan akan lebih cepat merajalela.
Lebih tegas lagi, Allah SWT telah memerintahkan bersikap keras terhadap orang-orang kafir dan munafik, dalam dua tempat (ayat).
“Hai Nabi, berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik itu, dan bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka adalah neraka jahanam. Dan itulah tempat kembali yang seburuk-buruknya.” (QS At-Taubah: 73)
Apabila kaum munafik itu membuat bid’ah-bid’ah yang menyelisihi Al-Qur’an (termasuk: menyimpangkan pemahaman terhadapnya) dan mereka menipu manusia (kaum muslimin) dengannya sedangkan kamu tidak menerangkan kepada manusia, maka akan rusak Al-Qur’an dan agama pun akan tertukar, karena terjadi perubahan di dalam agama mereka yang tidak diingkari pelakunya. Jadi sikap diam demi persatuan adalah tidak dibenarkan.
Sesungguhnya setiap muslim memang harus memprioritaskan husnudhan (prasangka baik) kepada sesama muslim, dan juga di dalam mensifati orang lain harus adil. Tetapi apakah semua keadaan harus disikapi demikian? Tidaklah semua keadaan disikapi demikian, ada keadaan perkecualian. Kami kemukakan contoh dalam kisahnya sbb:
“Dikatakan kepada Nabi saw: “Ya Rasulullah, sesungguhnya fulanah menegakkan shalat lail, berpuasa di siang harinya, beramal dan bersedekah (tetapi) ia menyakiti tetangganya dengan lisannya.” Bersabda Rasulullah saw: “Tidak ada kebaikan padanya, dia termasuk ahli neraka.” Berkata (perawi): “Sedangkan fulanah (yang lain) melakukan shalat maktubah dan bersedekah dengan benaja kecil (tetapi) dia tidak menyakiti seseorang pun.” Maka bersabda Rasulullah saw: “Dia termasuk ahli surga.” (Silsilah Hadits As-Shahihah, no. 190).
Dalam hal ini kata-kata Nabi “Tidak ada kebaikan padanya, dia termasuk ahli neraka,” padahal orang yang dikatakannya adalah orang yang rajin mengerjakan syareat. Kemudian pernyataan Nabi saw terhadap perbuatan orang yang kedua yang hanya menyebut kebaikannya tanpa menyinggung kejelekannya. Bukankah ini suatu contoh dari Nabi, bahwa beliau menjelekkan orang yang memang pantas dianggap jelek atas dasar pemahaman agama yang benar.
Kemudian, Allah juga hanya menyebut kejelekannya kepada Abu Lahab dan isterinya dengan lima ayat dalam Al-Qur’an, padahal keduanya (sedikit atau banyak) juga mempunyai kebaikan, bahkan Abu Lahab termasuk tokoh yang dihormati dan disegani di kalangan Quraisy.
Dengan demikian, dalam membicarakan kebaikan dan keburukan orang atau kelompok dalam hal ini, ada perkecualiannya, yang dapat dikategorikan menjadi dua keadaan, yaitu:

1. Dalam rangka nasehat dan peringatan ummat.
Pada keadaan ini, tidak ada keharusan untuk menyebutkan kebaikan, ketika menyebutkan keburukan seseorang/golongan. Bahkan cukup menyebutkan keburukannya saja. Misalnya membicarakan Ahli bid’ah, seperti LDII yang banyak terdapat penyimpangannya, di antaranya mengada-adakan syareat dengan mengharuskan setiap orang harus berbai’at kepada imam jama’ah LDII. Orang yang tidak berbai’at dengannya dianggap kafir, dan masih banyak penyimpangan syareat lainya.
2. Dalam rangka menjelaskan atau mengisahkan sesuatu.
Dalam keadaan ini, menyebutkan kebaikan dan keburukan orang atau golongan tertentu secara bersamaan diperbolehkan, selama tidak menimbulkan madlarat. Misalnya menyebutkan sifat seorang perawi hadits.
Adapun mengenai perincian ghibah (membicarakan kejelekan orang lain) yang diperbolehkan, Imam Nawawi dalam kitab dan juz yang sama hlm. 142-143 mengatakan: “Akan tetapi ghibah itu diperbolehkan karena enam sebab.” Diantaranya dua telah disebutkan di atas.

Imam Dzahabi berkata: Al-Hafidh Sa’id bin ‘Amr Al-Barda’i berkata: “Aku melihat Abu Zur’ah ditanya tentang Al-Harits Al-Muhasibi dan kitab-kitabnya. Maka beliau menjawab: ‘Hati-hatilah kamu terhadap buku-buku ini. Ini adalah buku-buku bid’ah dan sesat, wajib atas kamu berpegang pada atsar (hadits), karena sesungguhnya kamu akan mendapati apa-apa yang mencukupimu.’ Dikatakan kepada beliau: ‘(Bukankah) di dalam kitab-kitab ini ada ibrah (kebaikan yang bisa diambil manfaatnya).’ Beliau menjawab: ‘Barangsiapa yang tidak mendapatkan ibrah dalam kitab Allah, maka dia tidak mendapatkan ibrah pula dalam kitab-kitab ini. (Padahal) telah sampai kepada kalian Sufyan, Malik, Al-Auza’i menulis kitab-kitab (dalam rangka memperingatkan) terhadap bahaya-bahaya ini. Begitu cepatnya manusia menuju kepada kebid’ahan!'”
Lihatlah sikap para ulama ahli sunnah dalam memperingatkan! Demikian sikap salafus salih. Mereka tidak berlemah-lembut atau menghormati penganut ajaran sesat dengan mengharuskan menyebut kebaikan mereka.

Permalink Tinggalkan sebuah Komentar

JADWAL PIALA AFF

Desember 9, 2010 at 7:04 am (Tulisan gw)

Partai Semi Final

Rabu 15 Desember 2010
SF1 Pertemuan Pertama : Malayasia vs Vietnam

Kamis 16 Desember 2010
SF2 Pertemuan Pertama : Filiphina vs Indonesia

Sabtu 18 Desember 2010
SF1 Pertemuan Kedua : Vietnam vs Malaysia

Minggu 19 Desember 2010
SF2 Pertemuan Kedua : Indonesia vs Filiphina

Partai Final
Minggu 26 Desember 2010
Pertemuan Pertama : Pemenang SF1 vs Pemenang SF2

Rabu 29 Desember 2010
Pertemuan Kedua : Pemenang SF2 vs Pemenang SF1

Top Skor : 2 goals Sarayoot Chaikumdee (THAI), Irfan Bachdim, Arif Suyono, Firman Utina, Bambang Pamungkas, M.Ridwan (INA), Anh Duc Nguyen, Trong Hoang Nguyen (VIET), Aleksandar Duric (SNG), Mohd. Amri, Norshahrul Idlan (MYS), Chris Greatwitch (PHI).

Permalink Tinggalkan sebuah Komentar

TIPS BELAJAR

November 8, 2010 at 12:27 pm (Tulisan gw)

Kekuatan pikiran
1. Yang pertama niat, motivasi, dan kemauan.

Tanpa ini, semuanya sia sia. Kalo kita menjalankan sesuatu tanpa ini, kita akan malas malasan. Tetapkan target dalam diri sesuai dengan keadaan diri: “Gw mau dapet nilai bagus, gw mau bahagian orangtua, gw ngga boleh kalah ama cewe gw, gw bosen peringkat 10 dari belakang, dsb.”
2. Cintailah belajar.

Bagi mahasiswa, mungkin lebih sering menemukan subjek yang sesuai dengan kecintaannya karena kita kan milih jurusan sesuai dengan minat kita. Tapi buat pelajar SMP ato SMA, sering ketemu pelajaran memuakan dan buat muntah-muntah. Tanamkanlah bahwa pelajaran ini sangat berguna bagi kita di kemudian hari. Kata orang, ngga ada yang sia sia. Kita benci matematik, tapi kalo kita ngga belajar matematik, mungkin sekarang kita ngga akan bisa menghitung perkalian, pembagian dsb. Buat mahasiswa, mungkin dulu SMA ngga suka belajar bahasa Inggris, tapi ternyata berguna buat ujian masuk universitas. Jadi? Kesimpulannya, tuhan selalu memberi momen bagi kita untuk mengaplikasikan apa yang udah kita dapet, suatu hari nanti. Jadi, cintailah belajar.
Di sekolah
3. Kalo dari tadi kita bicarain kekuatan pikiran, sekarang kita bicarain fisik. Pilihlah kursi paling depan ketika kuliah.

Duduk di depan memberikan banyak keuntungan. Bagi siswa yang minder bicara di depan umum, perasaan minder bertanyanya lebih kecil daripada ketika dia duduk di belakang. Udah gitu, penjelasan dari dosen lebih jelas. Duduk di depan juga membuat kita tidak berani ngobrol dan ngga memperhatikan. Jangan takut jika dosen kasi pertanyaan. Kalo lu ngga bisa jawab, besok pastinya lu malu dan belajar lebih giat untuk selanjutnya mengangkat tangan jika ada dosen yang kasi pertanyaan. Bagi yang dosennya suka ujan lokal, waspadalah. Sedia payung kalo ngga mau kena muncratan jigong ama ludah. Gw soalnya pernah punya pengalaman, kena monrotan jigong ama ludah dosen muda yang antusias banget. Kapok deh, banjir muka gw.

4. Kalo ngga bisa duduk depan karena udah penuh, wokeh, cari tempat laen. Tapi, jangan duduk dengan teman sebangku yang bawel dan suka ngobrol.

Ini tipe tipe temen yang akan menghancurkan nilailu. Terus terang, gw udah belajar dari pengalaman, ni temen bikin rese. Suka ada kejadian justru kita yang dimarahin dosen karna ngga merhatiin, padahal yang ngobrol temen kita sebelah. Kalo dia masih mbandel, besok besok cari tempat duduk laen. Pokoknya jauhin orang-orang yang suka ngobrol. Bukannya persahabatan putus, tapi ngobrolnya sebelum ato abis kuliah aja.
Manfaatkan teknologi. Sekarang pan ude ade tu, plesdisk, mp3/mp4 player yang bisa ngerekam suara. Ya udah, setiap kuliah, direkam aja penjelasan dari dosen.

Salah besar kata orang, ketika kuliah kita harus mencatat!!! Dengan mencatat, yang jadi fokuslu adalah KATA KATA DOSEN, bukan penjelasannya. Jadi lu merhatiin dosen dari segi linguistik, bukannya comprehension. Ketika mendengar kuliah, yang kita perlukan adalah pemahaman dan konsentrasi. Dengan mencatat, yang kerja adalah tangan bukan otak. Otak cuman mengolah kata kata untuk ditulis bukannya untuk disimpan. Belum lagi kalo nyatet, kan kita suka ketinggalan karna suara dosen ga jelas…”Eh apaan tadi yang nomor 3?” akhirnya kita ketinggalan penjelasan dosen berikutnya karna repot tanya temen kiri kanan.

6. Jika kere dan punya penyakit kanker kronis (kantong kering) hingga ga punya rekorder, kita pake cara laen: pinjem catatan teman. Sebelumnya kita tulis juga pointer pointer singkat pas kuliah, bukan nyatet secara penuh…tapi inti dan garis besar aja.

7. Jika pelajarannya lebih cenderung kuliah tulisan daripada dosen ngomong, baru loe boleh nyatet.

8.jika ada hal yang ngga dimengerti, jangan tanya ke tetangga sebelah, tanya langsung sama dosen.

Ngga usah malu bertanya. Orang Indonesia tidak membudayakan bertanya, makannya setiap ada orang nanya, pasti langsung diliatin satu kelas. Cuek bebek aje, anggap aja yang liatin monyet. Awal-awal mungkin lu agak grogi juga. Tapi yang ke tiga kali dan seterusnya, lu ngga akan minder lagi kalo mau nanya. Malahan dengan lu sering bertanya, lu akan jadi trend setter, lu akan membudayakan kebiasaan bertanya. Temen sekelas pasti akan ketularan, dan itu semakin membuatlu ngga minder karna toh yang laen juga pada nanya. Ketika bertanya, jangan blaguk dan sengak dengan menginterupsi dosen. Bertanya ada adatnya. Bertanyalah ketika dosen memberi kesempatan atau selesai memberi kuliah (akhir kuliah). Jika emang minderlu kronis dan susah diobatin, it’s ok. Di akhir kuliah, dekati dosen dan bertanyalah kepada dia. “Pak, maaf, saya masih belum jelas di sini.” Dengan bertanya pada dosen, lu akan dicap sebagai anak yang suka dengan pelajarannya, dia akan berpikir lu menghargai kuliahnya, dan kalo nilailu kurang, pasti dikatrol ama dia.

9. Dalam satu kelas, tentunya ada siswa yang bermacam-macam. Ada yang pinter, ada yang begok, tolol, dan tumor otak kronis (calon DO). Nah, ada kan orang pinternya di masing-masing pelajaran, buatlah peer group yang terdiri dari orang-orang itu.

Orang yang begok? Yah ajakin aja untuk join, skalian biar bantu dia, tapi jangan telalu berharap, biasanya mereka apatis. Kelompok belajar, selain memperluas pertemanan, lu juga bisa tambah pinter. Kan sering kita mengalami di kelas, hanya dekat dengan kelompok anak-anak yang punya kesamaan dengan kita. Jarang ada yang mau berteman dengan kutu buku, nerd, kuper, dsb. Ngga usah takut untuk membuka pergaulan dengan teman sekelas yang ngga akrab akrab banget ama loe. Percaya ama gw, temenan ma orang males, lu bakal ketularan males; temenan ama yang rajin, lu bakal malu untuk ikut ngga rajin. Jadilah orang yang berinisiatif untuk membuat janji temu kelompok. Bisa lu yang atur waktu ketemunya di rumah siapa aja. Ganti-gantian. Ini akan mengasah kemampuan manajemen dan organisasi elu. Biar aja lu yang ngatur segalanya. Ketika temu kelompok, hal yang bisa dibahas adalah pencocokan catatan. Sering, catatan temen lebih lengkap ato sebaliknya. Jadi kita bisa saling melengkapi. Trus bisa juga dibahas hal yang ngga ngerti. Belajar kelompok (bukan kerjain tugas kelompok) yang efektif adalah kurang lebih 30-60 menit. Jangan terlalu lama, ntar pada bete. Abis itu bisa deh lu ngegosip, ngomongin dosen, ngobrol, tukeran koleksi bokep, nonton DVD, maen game/PS, di rumah temen tsb, ato makan-makan. Oh iya, dalam temu kelompok, bisa dibuat fun dengan gaya piknik. Setiap orang bisa dikasi tugas macem macem, ada yang disuru bawa kripik singkong, ada yang disuru bawa cemilan coklat, ada yang disuru bawa minuman sachet/coca-cola botol gede, ada yang disuru bawa DVD bajakan, dsb. Tuan rumah cukup kasih tempat. Nah seneng-senengnya tuh pas udah selese belajar. Manfaat dari peer group adalah menambah semangat belajar, menjalin silaturahmi, meningkatkan kemampuan sosialisasi, belajar berbagi, refreshing, dan mempererat pertemanan, dan masih banyak lagi. Lu sekarang ngga hanya punya temen maen basket, maen bola, ato maen game OL, tapi lu juga punya temen belajar!!! Temu kelompok setidaknya dilakukan dua minggu sekali/sebulan 2 kali. Jangan keseringan dan juga terlalu jarang. Coba aja! Percaya, belajar tuh bakal jadi hal yang fun dan bikin nagih.

10. Di kampus, jangan terlalu banyak ikut kegiatan organisasi.

Pilihlah yang sesuai minat dan ngga terlalu banyak menyita waktu. Jangan masuk ekskul ato organisasi karna takut dicap ngga gaul ato apa. Tinggalin perkataan orang katrok dan kampungan kayak gitu, mereka cuman orang udik dan norak. Dari pengalaman, anak anak yang ikut terlalu banyak organisasi pada begok begok dan nilainya ancur. Kenapa? Karena organisasinya terlalu banyak menuntut waktu mereka sehingga ngga ada waktu belajar karna di rumah udah keburu capek

Permalink Tinggalkan sebuah Komentar

Next page »